Agama Ageming Aji Dalam Komunikasi Antarbudaya (Studi Etnografi Dalam Keluarga-Keluarga Pemeluk Agama Berbeda di Salatiga)
Agama Ageming Aji dalam Komunikasi Antarbudaya (Studi Etnografi
dalam Keluarga-keluarga Pemeluk Agama Berbeda di Salatiga) adalah tema
-
Code CallNo Lokasi Ketersediaan 01001130100189 302.2 Ali a/R.17.59 Perpustakaan Pusat (REF.17.59) Tersedia -
Perpustakaan Judul Seri -No. Panggil 302.2 Ali a/R.17.59Penerbit Pascasarjana Program Doktor Ilmu Politik UNPAD : Bandung., 2013 Deskripsi Fisik 347 hlm,;29 cmBahasa IndonesiaISBN/ISSN -Klasifikasi 302.2 Ali aTipe Isi -Tipe Media -Tipe Pembawa -Edisi -Subyek Info Detil Spesifik -Pernyataan Tanggungjawab Mukti Ali -
Agama Ageming Aji dalam Komunikasi Antarbudaya (Studi Etnografi
dalam Keluarga-keluarga Pemeluk Agama Berbeda di Salatiga) adalah tema
penelitian yang bertujuan mengetahui makna agama dan bagaimana perilaku
komunikasi antarbudaya pada keluarga pemeluk agama tersebut dalam kehidupan
keseharian, sementara agama yang dipeluknya berbeda dalam sebuah keluarga.
Agama ageming aji adalah adagium filosofi masyarakat Jawa yang
memaknai agama lebih dari sekedar keyakinan teologis, yaitu sebagai pakaian
raja, pakaian untuk jiwa dan raga (nilai universal), karena dengan berpakain
agama kehidupan manusia layaknya raja yang memiliki derajat tertinggi. Derajat
seorang raja adalah; berwibawa, perilaku yang baik, dan terhindar dari sifat yang
kurang baik.
Keluarga sebagai unsur atau kelompok kecil masyarakat yang terikat oleh
pernikahan, darah, disatukan oleh ruang (rumah, omah). Ketika keluarga dibangun
di atas fondasi perbedaan keyakinan agama, maka mengharuskan bagi setiap
anggota keluarganya untuk melakukan pemaknaan ulang sesuai dengan
latarbelakang pengalamannya untuk sampai pada sikap terbuka, toleran, saling
menghargai, dan saling menjaga kenyamanan dalam melaksanakan nilai
keagamaannya dalam keluarga.
Selain menemukan pemaknan agama pada setiap anggota keluarga,
penelitian ini juga bertujuan mengetahui makna dan peran keluarga bagi internal
anggota keluarganya. Keluarga adalah sebuah realitas kelompok kecil yang penuh
dengan cinta, kasih, dan sayang (tresna lan sumarah), penuh dengan perilaku
komunikasi yang harmonis. Dalam membangun komunikasi keluarga beda agama
lebih mengedepankan nilai-nilai terbuka, rukun, seimbang, empati atau ikut
merasakan (tepa selira), saling menghargai (mikul dhuwur mendhem jero), etis,
sopan, santun (tata krama dan unggah ungguh). -Sementara secara umum proses
komunikasi dalam keluarga beda agama dapat disebut komunikasi ragam budaya,
komunikasi pola pandang yang berbeda, selain katagori komunikasi antarbudaya.
Penelitian ini menggunakan paradigm a kualitatif dengan metode
etnografi yang disandingkan dengan pendekatan komunikasi antarbudaya, dan
dipandu perspektif fenomenologi, perspektif interaksi simbolik, dan perspektif
dramaturgi. Basil temuan penelitian disampaikan dalam bentuk deskriptif,
sehingga dapat mempertegas bahwa perbedaan tidak selamanya menimbulkan
konflik, intoleran, etnosentris, melainkan perbedaan adalah faktor lain yang
memperkuat persamaan.
-
Tidak tersedia versi lain
-
Silakan login dahulu untuk melihat atau memberi komentar.