Detail Cantuman

No image available for this title

Text  

Etnoekologi Perladangan Vrim Orang Napa Di Kabupaten Biak Numpor


ABSTRAK
Telah dilakukan riset tentang etnoekologi perladangan talas (vrim) orang Napa di Biak Numfor, dimulai bulan Juni sampai dengan bulan ...

  • CodeCallNoLokasiKetersediaan
    D4367D4367Perpustakaan Sekolah PascasarjanaTersedia
  • Perpustakaan
    Sekolah Pascasarjana
    Judul Seri
    -
    No. Panggil
    D4367
    Penerbit : Bandung.,
    Deskripsi Fisik
    -
    Bahasa
    Indonesia
    ISBN/ISSN
    -
    Klasifikasi
    NONE
    Tipe Isi
    -
    Tipe Media
    -
    Tipe Pembawa
    -
    Edisi
    -
    Subyek
    -
    Info Detil Spesifik
    -
    Pernyataan Tanggungjawab
  • ABSTRAK
    Telah dilakukan riset tentang etnoekologi perladangan talas (vrim) orang Napa di Biak Numfor, dimulai bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013 di empat kampung, yaitu Kampung Bosnabraidi dengan Kampung Asur Distrik Yawosi, mewakili perladangan yang dilakukan para peladang di lokasi pesisir pantai (swandibo); dan Kampung Roidifu dengan Kam-pung Wowna Distrik Andei, mewakili perladangan di pedalaman (suprido). Pemilihan keempat lokasi berdasarkan pengamatan awal yang telah dila-kukan sebelumnya, bahwa orang Napa di pesisir pantai maupun pedalaman memiliki kearifan ekologi perladangan talas dengan baik.
    Tujuan riset ini dimaksudkan untuk mempelajari, mendeskripsikan pengetahuan ekologi perladangan vrim orang Napa; dan bagaimana meng-integrasikannya dengan sistem pertanian modern, sehingga dapat mengha-silkan sistem pertanian modern yang ramah lingkungan di Kabupaten Biak Numfor.
    Riset antropologis ini mengunakan metode etnografi baru dengan pendekatan etnosains atau analisis semantik, serta sejumlah pendekatan emik terkait lainnya dapat ditrianggulasikan. Untuk mengetahui penge-tahuan masyarakat peladang Napa tentang sistem perladangan talas (vrim), dilakukan pendekatan sosial antropologis melalui teknik observasi partisi-pasi kerja dan wawancara bebas maupun mendalam tentang aspek perla-dangan tertentu yang mengandung kerahasiaan yang perlu diungkap secara proporsional.
    Secara garis besar riset ini berhasil mempelajari dan merumuskan terminologi keperladangan (amom) dengan sejumlah aktivitas pendukung praktik perladangan beringsut yang ramah lingkungan, antara lain, dapat mengintegrasikan aneka aktivitas amom dengan sistem pertanian modern yang dikaitkan dengan: (1) perspektif kearifan budaya amom dengan sistem pertanian modern; (2) pengertian amom ‘perladangan beringsut orang Napa; (3) keunikan dan keragaman budaya perladangan beringsut orang Napa; (4) pengetahuan etnoastronomi perladangan vrim; (5) klasifikasi tumbuhan dan tanaman pangan; (6) klasifikasi vrim ‘talas’ orang Napa; (7) cara klasifikasi vrim; (8) sistem nomenklatur vrim; (9) pengetahuan pemilihan tanah perla-dangan (10) pengetahuan pemilihan hutan perladangan; (11) pengetahuan perintisan jalur petakan ladang; (12) penebasan semak pada ladang; (13) pengetahuan penebasan pepohonan besar; (14) cara penebasan pepohonan besar; (15) cara pemotongan dan pencincangan rerantingan; (16) cara penebaran serasah ke seluruh lahan; (17) teknik penanaman ladang ramah lingkungan; (18) teknik pemagaran yang ramah lingkungan; (19) pemeli-haraan tanaman; (20) pelaksanaan panen raya; (21) pengangkutan hasil panen; (22) pendistribusian hasil panen; (23) pelaksanaan aneka daur wor; dan (24) mengintegrasikan pemberian apresiasi bagi keluarga yang telah berhasil dalam budaya perladangan, juga dalam konteks kerja lainnya.
    Kata kunci: Eetnosains, etnoekologi, perladangan, amom.
    ii
    ABSTRACT
    A research of the ethnoecology of Napanese talas (vrim) dry agriculture in Biak Numfor was conducted, from June to July 2013 in four villages, namely: Bosnabraidi and Asur villages in Yawosi District, representing a dry agriculture practiced by farmers in coastal area (swandibo), and Roidifu and Wowna villages, Andei District, representing inland dry agriculture (suprido). The four locations were selected based on an initial observation that had been carried out previously, i.e., Napas in both coastal area and inland area have practiced sound taro agri-cultural ecology wisdoms.
    The research purpose was to study and describe Napa’s knowledge on vrim dry agricultural ecology, and how to integrate it with modern agri-cultural systems, so as to produce an environmentally friendly modern agricultural system in Biak Numfor Regency.
    This anthropological research used a new etnographic method with an ethnoscience or semantic analysis approach and some other relevant emic approaches that may be triangulated. To find out Napa farmers’ knowledge on taro (vrim) dry agricultural system, a social-anthropological approach was applied with a working participation observation technique and both free and in-depth interviews on certain agricultural aspects containing some secrecy that should be propor-tionally revealed.
    In general, the research successfully studied and formulated the term of dry agriculture (amom) with some supporting activities of envir-onmentally friendly shifting dry agricultural practice, among others, the integration of diverse amom activities with modern agricultural system related to: (1) amom cultural wisdom perspective with modern agricul-tural system; (2) meaning of amom is Napanese shifting dry agriculture’; (3) uniqueness and diversity of Napanese shifting dry agricultural culture; (4) ethnoastronomical knowledge on vrim dry agriculture; (5)clas-sification of plants and crops; (6) classification of Napanese vrim ‘taro’; (7) method of classifying vrim; (8) nomenclature system of vrim; (9) knowledge on selecting dry agricultural soil; (10) knowledge on selecting dry agricultural forest; (11) knowledge on opening up dry field terrain; (12) clearing-out bushes on dry field; (13) knowledge on cutting down woods; (14) methods of cutting down woods; (15) methods of cutting and chopping twigs; (16) methods of spreading manures throughout a land; (17) technique of planting environment-friendly dry field; (19) plant maintenance; (20) performance of main harvest; (21) proceeds trans-portation; (22) distribution of proceeds; (23) performance of diverse wor recycle; and (24) integrating appreciation for those families who have been successful in dry agriculture culture and other work contexts.
  • Tidak tersedia versi lain

  • Silakan login dahulu untuk melihat atau memberi komentar.


Informasi