Detail Cantuman

Image of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PADA PASIEN PASCAOPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SLAMET KABUPATEN GARUT

 

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PADA PASIEN PASCAOPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SLAMET KABUPATEN GARUT


Jaringan parut hipertrofik menimbulkan masalah pada fisik dan psikologis
pasien. Masalah fisik berupa gataI-gatal, kekakuan, kontraktur luka, ...

  • CodeCallNoLokasiKetersediaan
    010030007080610.73 And a/R.22.43Perpustakaan PusatTersedia
  • Perpustakaan
    Perpustakaan Pusat
    Judul Seri
    -
    No. Panggil
    610.73 And a/R.22.43
    Penerbit MAGISTER KEPERAWATAN UNPAD : Bandung.,
    Deskripsi Fisik
    xiii, 58 hlm. ; il. ; 29 cm
    Bahasa
    Indonesia
    ISBN/ISSN
    -
    Klasifikasi
    610.73 And a
    Tipe Isi
    -
    Tipe Media
    -
    Tipe Pembawa
    -
    Edisi
    2015
    Subyek
    Info Detil Spesifik
    Tesis
    Pernyataan Tanggungjawab
  • Jaringan parut hipertrofik menimbulkan masalah pada fisik dan psikologis
    pasien. Masalah fisik berupa gataI-gatal, kekakuan, kontraktur luka, dan nyeri,
    sedangkan masalah psikososial mengakibatkan gangguan interaksi sosial, marah,
    stigmatisasi, gangguan aktivitas sehari-hari, hilangnya rasa percaya diri, isolasi
    terhadap lingkungan sosial, kecemasan dan depresi. Jaringan parut hipertrofik
    disebabkan oIeh faktor riwayat genetik, jenis benang bedah, usia, infeksi luka
    operasi, daerah Iuka operasi, dan riwayat merokok. Tujuan penelitian ini untuk
    meIihat faktor apa saja yang paling berpengaruh terhadap kejadian jaringan parut
    hipertrofik.

    Desain penelitian menggunakan case control retrospektif, dengan populasi
    adalah pasien pasca operasi di Poliklinik Bedah RSUD dr. Slamet Kabupaten
    Garut. Dari hasil purposive sampling dari 1 Mei sampai 15 Juni 2015 terdapat 20
    orang pasien yang tidak terjadi dan 20 orang pasien terjadi jaringan parut
    hipertrofik. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dan
    dokumentasi dengan melihat rekam medis pasien dan diolah dengan analisis
    regresi Iogistik.

    Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
    infeksi luka operasi (p=0,02), riwayat genetik (P=0,026) dan jenis benang bedah
    (p=O,043) dengan kejadian jaringan parut hipertrofik. Hanya variabeI umur
    (p=O,34), daerah luka operasi (p=O,l77) dan merokok (p=0,479) yang
    menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan dengan kejadian jaringan
    parut hipertrofik. Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya jaringan
    parut hipertrofik yaitu jenis benang bedah acid polyglactin 910.

    Simpulan penelitian terdapat faktor yang paling berpengaruh terhadap
    kejadian jaringan parut hipertrofik pad a pasien pasca operasi di RSUD dr. Slamet
    Kabupaten Garut yaitu jenis benang bedah acid polyglactin 910. Penelitian ini
    dapat dijadikan data dasar untuk penelitian lebih lanjut dengan desain yang
    berbeda dengan jenis data primer yang digunakan.
  • Tidak tersedia versi lain

  • Silakan login dahulu untuk melihat atau memberi komentar.


Informasi