Detail Cantuman

No image available for this title

Text  

T106- Korelasi Antara Konsentrasi GLP-1, Glisentin dan Leusin Untuk Deteksi Risiko Diabetes Dengan Resistensi Insulin dan Disfungsi Sel Beta Pada Pria Obesitas Sentral (Chyntia Resti Wijaya; Prof. Dr. Jutti Levita, M.Si; Dr. Indriyanti R.S., M.Si)


Ketidakseimbangan asupan dan penggunaan energi yang disebabkan kurangnya aktivitas fisik serta peningkatan asupan nutrisi berkalori tinggi ...

  • CodeCallNoLokasiKetersediaan
    FFUP20180079T106Tersedia
  • Perpustakaan
    Fakultas Farmasi
    Judul Seri
    -
    No. Panggil
    T106
    Penerbit Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran : Jatinangor.,
    Deskripsi Fisik
    -
    Bahasa
    Indonesia
    ISBN/ISSN
    -
    Klasifikasi
    T106
    Tipe Isi
    -
    Tipe Media
    -
    Tipe Pembawa
    -
    Edisi
    -
    Subyek
    -
    Info Detil Spesifik
    -
    Pernyataan Tanggungjawab
  • Ketidakseimbangan asupan dan penggunaan energi yang disebabkan kurangnya aktivitas fisik serta peningkatan asupan nutrisi berkalori tinggi menyebabkan terjadinya akumulasi lemak dan energi di sel. Kondisi tersebut dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan obesitas sentral dan hipertrofi adiposa viseral yang memicu inflmasi kronis dan merupakan faktor risiko resistensi insulin. Resistensi insulin menyebabkan peningkatan sel beta sebagai mekanisme adaptasi untuk mempertahankan homeostasis basal glukosa darah. Sinyal kelebihan nutrisi pada obesitas juga menyebabkan penurunan konsentrasi GLP-1 dan glisentin yang secara fisiologis mempunyai efek insulinotropik dalam menjaga homeostasis glukosa pada kondisi hiperglikemia.Perubahan katabolisme leusin pada obesitas sentral juga menyebabkan peningkatan konsentrasi leusin dalam sirkulasi sehingga terjadi gangguan lintasan metabolisme energi dan peningkatan aktivasi mTORC-1. Sinyal hilir mTORC-1 yaitu p70S6K1 akan menyebabkan fosforilasi pada substrat reseptor insulin-1 (IRS-1) pada residu serin sehingga terjadi resistensi insulin. Penelitian dilakukan secara observasional dengan pendekatan potong lintang untuk menelah hubungan GLP-1, glisentin dan leusin terhadap resistensi insulin sdan disfungsi sel beta pada 80 pria 30-50 tahun yang dibagi ke dalam kelompok obesitas sentral sebanyak 60 subjek dan kelompok kontrol sebanyak 20 subjek. Konsentrasi GLP-1 dan glisentin diukur menggunakan metode competitive dan sandwichimmunoassay, sedangkan konsentrasi leusin diukur menggunakan LCMS/MS. Selain itu dilakukan pengukuran terhadap beberapa variabel sebagai pemeriksaan skrining menggunakan metode enzimatik fotometri dan HPLC.Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna konsentrasi GLP-1 (p=0,029; CI 95%) pada kelompok obesitas dibanding kontrol, terutama obesitas sentral yang mengalami resistensi insulin dengan korelasi negatif tidak bermakna terhadap HOMA-IR(R = -0,165; p = 0,214) dan HOMA-B (R = -0,165; p = 0,208) pada pria obesitas sentral. Konsentrasi glisentin juga menunjukkan perbedaan pada kelompok obesitas sentral dibanding kontrol, dengan korelasi positif bermakna terhadap HOMA-IR (R = 0,255; p=0,049)dan korelasi negatif tidak bermakna terhadap HOMA-B (R = -0,210; p = 0,107). Hasil analisis pada konsentrasi leusin menunjukkan perbedaan bermakna pada kelompok obesitas dibanding kontrol, terutama yang mengalami resistensi insulin (p=0,001; CI 95%) dengan korelasi positif bermakna terhadap HOMA-IR (R = 0,351; p =0,006) dan korelasi positif tidak bermakna terhadap HOMA-B (R = 0,159; p =0,224). Dapat disimpulkan bahwa dari ketiga parameter yang diteliti, leusin mempunyai korelasi lebih baik terhadap kejadian resistensi insulin. Nilai batas leusin untuk memprediksi kejadian resistensi insulin pada konsentrasi > 128,5 umol/L. Pada konsentrasi tersebut pria dengan obesitas sentral mempunyai risiko 2,5 kali berkembang menjadi resistensi insulin.
    Kata kunci : obesitas sentral, resistensi insulin, disfungsi sel beta, GLP-1, glisentin, leusin.
  • Tidak tersedia versi lain

  • Silakan login dahulu untuk melihat atau memberi komentar.


Informasi