Detail Cantuman

Image of Daya Antijamur Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Isolat Klinis Pasien HIV/AIDS

Skripsi  

Daya Antijamur Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Isolat Klinis Pasien HIV/AIDS


Pendahuluan: Kandidiasis orofaringeal merupakan infeksi oportunistik yang paling sering ditemukan pada pasien HIV/AIDS dan disebabkan oleh kolonisasi ...

  • CodeCallNoLokasiKetersediaan
    IPM1-47684768 616.31 Okt DJatinangor (IPM)Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan
  • Perpustakaan
    Fakultas Kedokteran Gigi
    Judul Seri
    -
    No. Panggil
    616.31 Okt D
    Penerbit FKG Unpad : FKG UNPAD JATINANGOR.,
    Deskripsi Fisik
    xvii, 77 hlm,; illus; 29x21cm.
    Bahasa
    Indonesia
    ISBN/ISSN
    160110150157
    Klasifikasi
    616.31
    Tipe Isi
    -
    Tipe Media
    -
    Tipe Pembawa
    -
    Edisi
    -
    Subyek
    Info Detil Spesifik
    -
    Pernyataan Tanggungjawab
  • Pendahuluan: Kandidiasis orofaringeal merupakan infeksi oportunistik yang paling sering ditemukan pada pasien HIV/AIDS dan disebabkan oleh kolonisasi Candida albicans. Penggunaan antijamur seperti flukonazol sebagai terapi dan profilaksis kandidiasis orofaringeal banyak menimbulkan resistensi sehingga penggunaan bahan alami sebagai alternatif banyak dikembangkan, salah satunya temulawak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antijamur ekstrak temulawak terhadap Candida albicans isolat klinis pasien HIV/AIDS. Metode: Lesi kandidiasis orofaringeal diambil dari empat pasien HIV-positif di Klinik Teratai RSUP Dr. Hasan Sadikin serta satu pasien HIV-negatif sebagai kontrol dan diidentifikasi secara mikroskopis, dikultur pada CHROMagarTM Candida, isolasi genom, dan amplifikasi-sekuensing gen 18S rRNA. Daya antijamur ditentukan dengan KHM dan KFM ekstrak temulawak serta flukonazol sebagai kontrol melalui metode mikrodilusi kaldu sesuai EUCAST E.Def 7.3.1 dan CLSI M27-A3 terhadap empat isolat klinis Candida albicans dan satu isolat Candida albicans ATCC 10231 sebagai strain kontrol. Hasil: Spesies yang ditemukan berturut-turut adalah C. albicans (57,14%), Candida non-albicans (28,57%), dan Kodamaea ohmeri (14,28%). KHM ekstrak etanol temulawak secara visual ditunjukkan oleh isolat C. albicans dengan rentang konsentrasi HIV-positif 7.8125-15.625 μg/mL, HIV-negatif 31.25-62.5 μg/mL, dan ATCC 15.625-31.25 μg/mL, namun KHM90 dan KFM98-99.9 hanya ditunjukkan oleh masing-masing dua dari tiga dan satu dari tiga isolat C. albicans HIV-positif, selain itu seluruh isolat C. albicans menunjukkan pertumbuhan kembali pada konsentrasi ≥ 250 μg/mL. Seluruh isolat C. albicans dikategorikan sensitif terhadap flukonazol dengan rentang KHM90 0.25-1 μg/mL, KFM98-99.9 0.5-2 μg/mL, dan KFM100 2-4 μg/mL. Simpulan: Ekstrak temulawak memiliki daya antijamur terhadap C. albicams isolat klinis pasien HIV/AIDS.
  • Tidak tersedia versi lain

  • Silakan login dahulu untuk melihat atau memberi komentar.


Informasi