Manuscript
Gambaran Prevalensi Maloklusi pada Anak dengan Sindrom Down: Suatu Studi Pustaka
Pendahuluan: Sindrom Down disebabkan oleh berlebihnya kromosom 21
atau trisomi 21 yang dikaitkan dengan anomali kongenital dan ditandai ...
-
Code CallNo Lokasi Ketersediaan Ped1 - 18 18 617.64 Rus G Jatinangor (Pedodonsia) Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan -
Perpustakaan Fakultas Kedokteran GigiJudul Seri -No. Panggil 617.64 Rus GPenerbit FKG Unpad : FKG UNPAD JATINANGOR., 2021 Deskripsi Fisik -Bahasa IndonesiaISBN/ISSN 160110170030Klasifikasi 617.64Tipe Isi -Tipe Media -Tipe Pembawa -Edisi -Subyek Info Detil Spesifik -Pernyataan Tanggungjawab Lie Any Rusli (Author) -
Pendahuluan: Sindrom Down disebabkan oleh berlebihnya kromosom 21
atau trisomi 21 yang dikaitkan dengan anomali kongenital dan ditandai oleh
karakteristik yang khas. Salah satu karakteristik yang khas dan merupakan salah
satu permasalahan di bidang kedokteran gigi yang paling banyak adalah maloklusi.
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pasien sindrom Down memiliki insiden
maloklusi yang lebih tinggi dibanding dengan non sindrom Down. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui gambaran prevalensi maloklusi pada anak dengan
sindrom Down secara rapid review. Metode: Penelitian dilakukan menggunakan
metode rapid review terhadap artikel yang memaparkan prevalensi maloklusi
menggunakan klasifikasi Angle pada pasien sindrom Down. Basis data yang
digunakan yaitu PubMed dan Google Scholar dengan filter tahun 2006-2021 serta
kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Pencarian artikel dilakukan dari
Januari hingga Maret 2021. Analisis PRISMA (Preferred Reporting Items for
Systematic Reviews and Meta-Analyses) dan SORT (Strength of Recommendation
Taxonomy) digunakan dalam penapisan dan pemilihan studi. Hasil: Sebanyak 12
artikel relevan ditelaah dalam penelitian ini. 5 diantaranya membandingkan pasien
sindrom Down dan kelompok kontrol non sindrom Down. Tujuh artikel
menyatakan prevalensi maloklusi klasifikasi Angle pada pasien sindrom Down
paling tinggi adalah kelas III, empat artikel lainnya menyatakan kelas I dan satu
artikel terakhir menyatakan kelas II. Pembahasan: Perbedaan hasil temuan dari
artikel yang ditelaah dapat disebabkan oleh sampel, kriteria inklusi dan eksklusi
masing-masing studi. Secara keseluruhan, prevalensi maloklusi klasifikasi Angle
pada pasien sindrom Down paling tinggi adalah kelas III yang muncul dari hasil
hipoplasia tengah wajah yang terjadi karena kurangnya perkembangan satu per tiga
tengah wajah. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor lain. Simpulan: Secara
keseluruhan, prevalensi maloklusi terbanyak menurut klasifikasi Angle pada pasien
sindrom Down adalah kelas III.
Kata kunci: Sindrom Down, maloklusi, prevalensi. -
Tidak tersedia versi lain
-
Silakan login dahulu untuk melihat atau memberi komentar.