Detail Cantuman

No image available for this title

Text  

"KOMERSIALISASI PERTANIAN, KEMISKINAN PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI DAS CITARUM HULU (Studi Kasus Desa Sukapura dan Desa Resmi Tingal Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung Jawa Barat)"


Perubahan tata guna lahan telah terjadi di DAS Citarum Hulu dari waktu ke
waktu, mengubah hutan hujan tropis menjadi ekosistem buatan manusia. ...

  • CodeCallNoLokasiKetersediaan
    TM588TM588Perpustakaan Sekolah PascasarjanaTersedia
  • Perpustakaan
    Sekolah Pascasarjana
    Judul Seri
    -
    No. Panggil
    TM588
    Penerbit : Bandung.,
    Deskripsi Fisik
    xi, 200hlm.;29cm
    Bahasa
    Indonesia
    ISBN/ISSN
    -
    Klasifikasi
    NONE
    Tipe Isi
    -
    Tipe Media
    -
    Tipe Pembawa
    -
    Edisi
    -
    Subyek
    Info Detil Spesifik
    -
    Pernyataan Tanggungjawab
  • Perubahan tata guna lahan telah terjadi di DAS Citarum Hulu dari waktu ke
    waktu, mengubah hutan hujan tropis menjadi ekosistem buatan manusia. Dalam
    tiga dekade terakhir, kebun campuran (talun), sawah dan perkebunan rakyat telah
    berubah menjadi pertanian komersial (pertanian lahan kering) dan menjadi tata
    guna lahan yang mendominasi lanskap pertanian di DAS Citarum Hulu. Penelitian
    ini dilakukan di DAS Citarum Hulu, tepatnya di Desa Sukapura dan Desa Resmi
    Tingal, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Tujuan penelitian adalah (1)
    mengkaji proses terjadinya komersialisasi pertanian dan tingkat komersialisasi
    pertanian, (2) mengkaji kemiskinan petani menurut kriteria BPS dan kemiskinan
    struktural (3) mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan petani, dan
    (4) mengkaji kondisi keanekaragaman jenis burung pada lanskap pertanian yang
    diperngaruhi oleh komersialisasi pertanian di DAS Citarum Hulu. Penelitian
    dilakukan dengan dua tahap, tahap I pada bulan Mei 2017 dan tahap II pada bulan
    Februari-Maret 2018.
    Metode yang digunakan adalah pendekatan penelitian campuran (Mixedmethods) dengan strategi embedded konkuren, yaitu mengkombinasikan
    penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk
    menganalisis indeks komersialisasi pertanian, tingkat kemiskinan petani menurut
    kriteria BPS, dan analisis struktur komunitas burung pada tata guna kebun sayur,
    pekarangan dan talun. Selain itu, analisis regresi logistik juga digunakan untuk
    menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemiskinan petani Metode
    kualitatif digunakan untuk memahami dan menganalisis proses terjadinya
    komersialisasi pertanian, analisis kemiskinan struktural dengan pendekatan
    struktural relasional. Selain itu data kualitatif juga digunakan dalam mendalami
    informasi kondisi keanekaragaman jenis burung akibat perburuan liar dan
    berdasarkan studi literatur penelitian sebelumnya.
    Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komersialisasi pertanian di
    Desa Sukapura dan Desa Resmi Tingal telah terjadi sejak tahun 1970-an ditandai
    dengan lintasan transisi sistem pertanian subsisten, menjadi semi komersial dan
    komersial. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Indeks Komersialisasi Pertanian
    (HCI) sebesar 80,91, artinya tingkat komersialisasi pertanian cukup tinggi.
    Meskipun pendapatan petani relatif meningkat akibat komersialisasi
    pertanian, tetapi masih terdapat petani dan buruh tani yang masuk dalam kategori
    miskin. Tingkat kemiskinan petani di lokasi penelitian yang dihitung menurutkriteria BPS menunjukkan bahwa terdapat 12,63% responden yang masuk dalam
    kategori miskin dengan indeks kedalaman kemiskinan (P1) 0,01 dan indeks
    keparahan kemiskinan (P2) 0,02. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan
    bahwa komersialiasi pertanian tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan
    petani. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan petani
    adalah (a) Tingkat pendidikan petani (p-value 0,076); (b) Luas penguasaan lahan
    (p-value 0,077); (3) Total pendapatan petani (p-value 0,095). Sedangkan peubah
    penjelas lainnya yaitu Usia Responden, Jarak dari rumah ke kebun, Jarak dari lahan
    ke pasar dan Komersialisasi Pertanian tidak berpengaruh nyata terhadap kemiskinan
    petani.
    Kondisi keanekaragaman jenis burung pada lanskap pedesaan yang
    dipengaruhi komersialisasi pertanian menunjukkan bahwa ditemukan 29 jenis
    burung dari 14 suku pada seluruh lokasi pengamatan, yang terdiri dari 25 jenis
    dari 13 suku pada tata guna talun, 17 jenis dari 13 suku pada tata guna pekarangan
    dan 13 jenis dari 7 suku.pada tata guna kebun sayur. Jenis burung dilindungi
    ditemukan sebanyak 6 spesies, jenis burung endemik yang ditemukan sebanyak 3
    jenis dan jenis burung migran yang ditemukan hanya 1 jenis. Indeks
    keanekaragaman jenis burung (H’), indeks kekayaan jenis (Dmg) dan indeks
    kemerataan jenis (E) pada tata guna talun lebih tinggi dibanding pekarangan dan
    kebun sayur. (Talun : H=2,2; Dmg= 24,82; E=0,68) (Pekarangan : H=1,55; Dmg=
    16,84; E=0,55) dan (kebun sayur : H=1,21; Dmg= 12,83; E=0,47).
    Burung-gereja Eurasia (Passer montanus) dan Bondol Jawa (Lonchura
    leucogastroides) merupakan burung yang paling dominan atau memiliki
    kelimpahan tertinggi pada ketiga tata guna lahan. Sementara terdapat beberapa
    jenis burung yang dominan pada penelitian Erawan et al. (1997), pada saat
    penelitian ini dilakukan tidak ditemukan lagi yaitu jenis burung Kacamata biasa
    (Zosterops palpebrosus) dan Tepus pipi-perak (Stachyris melanothorax). Hal ini
    diduga akibat perubahan tata guna lahan dari talun menjadi kebun sayuran dan
    pemukiman dan perburuan burung yang masif dilakukan pada periode 2009-2012.
    Kata Kunci : DAS Citarum hulu, komersialisasi pertanian, kemiskinan Petani,
    keanekaragaman jenis burung
  • Tidak tersedia versi lain

  • Silakan login dahulu untuk melihat atau memberi komentar.


Informasi