Detail Cantuman

No image available for this title

Text  

Ekspansi Sel Punca Mesenkim Asal Membran Amnion Metode Tiga Dimensi (3D) Ditinjau dari Pertumbuhan, Karakteristik dan Efek Terapi Alogenik pada Model Hewan Macaca fascicularis dengan Cidera Luka Bakar


Luka bakar adalah trauma berat dengan konsekuensi sistemik. Meskipun
tingkat kelangsungan hidup meningkat, tetapi penyembuhan luka bakar ...

  • CodeCallNoLokasiKetersediaan
    D4681D4681Perpustakaan Sekolah PascasarjanaTersedia
  • Perpustakaan
    Sekolah Pascasarjana
    Judul Seri
    -
    No. Panggil
    D4681
    Penerbit : Bandung.,
    Deskripsi Fisik
    -
    Bahasa
    Indonesia
    ISBN/ISSN
    -
    Klasifikasi
    NONE
    Tipe Isi
    -
    Tipe Media
    -
    Tipe Pembawa
    -
    Edisi
    -
    Subyek
    Info Detil Spesifik
    -
    Pernyataan Tanggungjawab
  • Luka bakar adalah trauma berat dengan konsekuensi sistemik. Meskipun
    tingkat kelangsungan hidup meningkat, tetapi penyembuhan luka bakar masih
    merupakan tantangan besar. Masalah utama pada penderita luka bakar derajat
    tinggi dan luas adalah kurangnya jumlah luasan kulit penutup luka. Cangkok kulit
    ataupun culture epitel autografts (CEA) masih tidak efisien dan bukan merupakan
    solusi efektif karena tingginya reaksi penolakan, namun peningkatan
    immunotolerance melalui terapi sel punca dapat mengatasi masalah ini.
    Sel punca mesenkim (SPM) memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki sel
    biasa karena mampu memperbaharui dirinya sendiri (self renewal) dan mampu
    berdiferensiasi menjadi sel lain. SPM memiliki kemampuan memperbaiki jaringan
    rusak pada berbagai penyakit degeneratif dan penyakit terindikasi seperti luka
    bakar derajat tinggi dan luas. SPM dibutuhkan dalam jumlah besar untuk terapi
    dan pengujian. Jumlah ini tidak mungkin dihasilkan dalam waktu singkat jika
    menggunakan metode kultur tradisional monolayer 2 dimensi (2D), tetapi
    dibutuhkan metode lain yaitu metode 3 dimensi (3D) menggunakan suspensi
    mikrokarir cytodex 1 dalam bioreaktor.
    Penelitian ini adalah eksperimental murni dengan metode pre and post test
    design, dilakukan 3 tahap yaitu studi pendahuluan, ex-vivo dan in-vivo pada model
    Macaca fascicularis yang dibuat cidera luka bakar derajat 3 sebagai sebagai
    model terapi alogenik. Penelitian dilakukan di laboratorium PT Bio Farma
    (Persero), Bandung, Indonesia.
    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan SPM 3D lebih baik
    dibandingkan dengan 2D (p=0,000), diukur berdasarkan PDT. Penyembuhan luka
    bakar yang diterapi dengan SPM 3D lebih baik dibandingkan dengan Burnazine
    (p=0,001). Tidak terdapat perbedaan penyembuhan luka bakar yang diterapi
    dengan SPM dosis 5 x 105 sel dan 2 x 106 sel per individu (p= 0,887 dan p=0,048).
    Didapatkan hubungan yang kuat dan nyata antara kadar HGF, VEGF dan kolagen
    pada tingkat penyembuhan luka bakar dengan signifikansi (p=0,000) dan nilai
    korelasi berturut-turut (r=0,993; r= 0,857 dan r= 0,852).

    Kata kunci : Macaca fascicularis, Cynomolgus monkey, luka bakar, sel punca
    mesenkim asal membran amnion, alogenik terapi, kultur 3D, cytodex1, HGF,
    VEGF, Kolagen.

    ABSTRACT

    Burns are severe trauma with systemic consequences. Although the survival
    rate is increasing, the healing of burns is still a big challenge. The main problem
    in patients with deep-partial and full-thickness burns is the lack of a large amount
    of skin covering the wound. Skin grafts or cultured epithelial autografts (CEA)
    are still inefficient and are not an effective solution because of the high
    immunorejection, but increased immunotolerance through stem cell therapy can
    overcome this problem.
    Mesenchymal stem cells (MSC) are able to renew themselves (self-renewal)
    and are able to differentiate into other cells. MSC has the ability to repair
    damaged tissue in a variety of degenerative diseases and indicated diseases such
    as high-grade and extensive burns. MSC is needed in large quantities for therapy
    and testing. This amount is impossible to produce in a short time if using a 2-
    dimensional (2D) monolayer traditional culture method, but another method is
    needed, namely the 3-dimensional (3D) method using the cytodex 1 microcarrier
    suspension in the bioreactor.
    This research is a pure experiment with pre and post-test design, carried out 3
    stages, namely the preliminary study, ex-vivo, and in-vivo on the Macaca
    fascicularis model which made full-thickness burn injury as an allogeneic model
    of therapy. The study was conducted in the laboratory of PT Bio Farma (Persero),
    Bandung, Indonesia.
    The results showed that the growth of 3D MSC was better than 2D (p = 0,000),
    measured by PDT. Healing of burns treated with 3D MSC was better than
    Burnazine (p = 0.001). There was no difference in the healing of burns treated
    with MSC doses of 5 x 105 cells and 2 x 106 cells per individual (p= 0,887 dan
    p=0,048). There was a strong and significant relationship between levels of HGF,
    VEGF and collagen in the healing rate of burns with significance (p = 0,000) and
    correlation values respectively (r = 0.993; r = 0.857, and r = 0.852).

    keywords: Macaca fascicularis, Cynomolgus monkey, burns, amniotic membrane
    derived mesenchymal stem cells, allogeneic therapy, 3-dimensional culture,
    cytodex1, HGF, VEGF, Collagen.
  • Tidak tersedia versi lain

  • Silakan login dahulu untuk melihat atau memberi komentar.


Informasi