Detail Cantuman

Image of Karya inovatif tokoh-tokoh karawitan sunda di kota Bandung 1920-2008

 

Karya inovatif tokoh-tokoh karawitan sunda di kota Bandung 1920-2008


ABSTRAK
Memasuki abad ke-20, garap karawitan Sunda telah menunjukkan bentuk dan gaya yang berbeda clari karya sebelumnya (karawitan tradisi). ...

  • CodeCallNoLokasiKetersediaan
    01001120100180959.9 Her K/R.18.54Perpustakaan Pusat (REF.18.54)Tersedia
  • Perpustakaan
    Judul Seri
    -
    No. Panggil
    959.8 Her k.R.18.54
    Penerbit Program Pascasarjana Unpad : Bandung.,
    Deskripsi Fisik
    xi,;348 hlm,;29 cm
    Bahasa
    Indonesia
    ISBN/ISSN
    -
    Klasifikasi
    959.8
    Tipe Isi
    -
    Tipe Media
    -
    Tipe Pembawa
    -
    Edisi
    -
    Subyek
    Info Detil Spesifik
    -
    Pernyataan Tanggungjawab
  • ABSTRAK
    Memasuki abad ke-20, garap karawitan Sunda telah menunjukkan bentuk dan gaya yang berbeda clari karya sebelumnya (karawitan tradisi). Tuntutan dan tantangan zamart yang terus berubah sangat bepengaruh terhadap munculnya karya-karya inovatif karawitan Sunda. Atas dasar ini, muncul permasalahan sebagai berikut: (1) bagaimana proses perjalanan para komposer karawitan Sunda selama kurang lebih satu abad ini, adakah hubungan kekaryaan di antara keenam komposer tersebut, baik secara materi musikal maupun di luar materi musikal?; (2) mengapa garap karawitan Sunda tidak lagi merujuk pada keilmuan karawitan Sunda terutama setelah munculnya para komposer periode tat= 1990-2008?; (3) apakah nilai estetika yang dikembangkan oleh para komposer masih tetap merujuk pada pola dasar "estetika Sunda lama" atau sama sekali sudah berubah?
    Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri atas heurrstik kritik, interpretasi, dan historiografi. Sementara itu, teori yang digunakan untuk menjelaskan tiga permasalahan tersebut adalah teori perubahan sosial dan estetika dualisme¬antagonistik. Teori perubahan sosial digunakan untuk menjelaskan situasi politik, ekonomi, dan sosial budaya yang terjadi selama kurang lebih satu abad, sedangkan teori estetika dualisme-antagonistik digunakan untuk mencari dan menemukan estetika karawitan tradisi sebagai rujukan dan pembanding terhadap karya-karya baru yang muncul kemudian.
    Penelitian ini telah menghasilkan tiga ternuan yaitu sebagai berikut. Pertama, hubungan kekaryaan antarsetiap komposer tampak mengemuka walaupun masing-masing kom poser rnemiliki wilayah garap yang berbeda. Untuk menjadi seorang kreator yang berhasil dan diakui oleh masyarakatnya, ditentukan oleh ernpat kemampuan yang satu sama lain saling menunjang, yaitu: (1) kemampuan seni; (2) kemampuan rnanajerial; (3) kemampuan komunikasi; dan (4) kemampuan ilmu pengetahuan (khususnya sosial budaya). Kedua, Pengadopsian musik-musik asing khususnya pada karya Ismet Ruchimat dan H.M. Yusuf Wiradiredja tampak lebih tegas dan eksplisit sehingga dapat melahirkan kemasan musikal yang lebih "universal." Ismet Ruchimat dan H,M. Yusuf Wiradiredja tidak lagi merujuk pada keilmuan karawitan Sunda (khususnya teori pater dan surupan) dalam menciptakan karya-karyanya. Munculnya fenomena ini disebabkan oleh tiga hal, yaitu: (1) pemakaian teori pater dan surupan dipandang membatasi kreativitas mereka; (2) orientasi karyanya lebih diarahkan pada dunia industri yang notabene perlu mempertimbangkan aspek¬aspek lain di luar persoalan aturan dan konvensi tradisi; dan (3) karya-karya Ismet Ruchimat dan H.M. Yusuf Wiradiredja tidak diajarkan di sekolah seni (STSI Bandung, misalnya), tidak seperti halnya karya wanda anyar Koko Koswara, Ketiga, estetika karawitan Sunda (secara instrumental) telah mengalami perubahan. Perubahan ini dapat dilihat dari pola garap yang dikembangkan oleh para kreator dengan menghasilkan pola permainan ber•sahutan (antarmelodi), keseragaman, dan penonjolan. Namun demikian, dari sisi estetika normatif, mereka masih tetap merujuk pada estetika "pola tiga."
  • Tidak tersedia versi lain

  • Silakan login dahulu untuk melihat atau memberi komentar.


Informasi