Detail Cantuman

Image of RELIGIUSITAS WARIA (Studi Fenomenologi Terhadap Makna Komunikasi Religius Waria Di Kota Bandung)

 

RELIGIUSITAS WARIA (Studi Fenomenologi Terhadap Makna Komunikasi Religius Waria Di Kota Bandung)


Waria dalam kenyataan sosial dianggap sebagai sampah masyarakat karena
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pandangan umum. la dianggap ...

  • CodeCallNoLokasiKetersediaan
    01001110700165302.2 Rus rPerpustakaan Pusat (REF.17.29)Tersedia
  • Perpustakaan
    Judul Seri
    -
    No. Panggil
    302.2 Rus r/R.17.29
    Penerbit Magister Ilmu Sosial Dan Politik : Bandung.,
    Deskripsi Fisik
    xii,; 294 hlm,;29 cm
    Bahasa
    Indonesia
    ISBN/ISSN
    -
    Klasifikasi
    302.2 Rus r
    Tipe Isi
    -
    Tipe Media
    -
    Tipe Pembawa
    -
    Edisi
    -
    Subyek
    Info Detil Spesifik
    -
    Pernyataan Tanggungjawab
  • Waria dalam kenyataan sosial dianggap sebagai sampah masyarakat karena
    melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pandangan umum. la dianggap
    kotor sehingga setiap perilakunya selalu dianggap negatif ditambah dengan
    penguatan fatwa dari MUI. Namun sebagai manusia ia juga memiliki kebutuhan
    yang bersifat fitrah, kebutuhan beragama. Kebutuhan ini dalam bentuknya yang
    formal disalurkan melalui kegiatan yang erat kaitannya dengan agama.
    Pertentangan antara dirinya yang dianggap kotor dengan kebutuhan fitrah
    beragamanya merupakan alasan ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian.

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna
    agama bagi waria ditinjau dari sudut pandang komunikasi. Melalui paradigm
    penelitian kualitatif, metode atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
    adalah pendekatan fenomenologi dengan analisis data interpretasi subjektif. Untuk
    mengungkap penelitian ini, teori fenomenologi dibantu oleh teori konstruksi sosial
    dan interaksi simbolik. Sedangkan informan penelitian adalah waria yang
    memiliki aktifitas sebagai pendamping waria yang dinaungi oleh lembaga dan
    waria yang berada di luar lembaga. Penelitiannya sendiri dilakukan di kota
    Bandung.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa proses menjadi waria ditinjau berdasarkan
    keberadaan identitas mereka sebagai waria, yaitu waria naluriah, waria temporer
    dan waria chaos identity. Sementara itu berkaitan dengan pandangan agama
    terhadap waria mereka ada yang menyikapi dengan perasaan diridhoi Tuhan, salah
    jalan dan masa bodoh.

    Bagi waria agama menjadi hal yang tidak terpisahkan dari kehidupannya
    sekalipun memiliki steorotip menentang kodrat agama. Sebagai sesuatu yang
    fitrah, pada dimensi keyakinan, waria memaknai agama secara positif; keyakinan
    agama sumber kekuatan, Pondasi, Aturan, Solusi, Makanan, ldentitas, Pelarian,
    dan Privasi. Sementara pada dimensi ritual sebagian besar waria melakukannya
    secara balangbetong dan sesuai dengan mood walaupun diantaranya ada yang
    kontinyu menjalankan ritual sholat dan bahkan meninggalkannya. Pada dimensi
    komitmen terdapat empat kategori yaitu ada yang merasa berdosa, bersyukur,
    menyesal, dan tidak berdosa. Dimensi terakhir yaitu, perilaku, diantara waria ada
    yang berorientasi untuk hidup orang lain (sosial) juga hanya untuk dirinya sendiri
    (asosial).

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti menyarankan bahwa setiap
    elemen Negara, baik pemerintah atau masyarakat harus mulai melihat waria
    dengan si si yang lebih bijak dan moderat. Mereka pada dasamya manusia yang
    butuh pengakuan, memiliki hak hidup dan hak mendapatkan pendidikan dan
    pekerjaan. Hal yang paling substansial adalah bahwa mereka juga harus
    diakomodasi berkaitan dengan kepentigannya menyalurkan hasrat beragamanya.

  • Tidak tersedia versi lain

  • Silakan login dahulu untuk melihat atau memberi komentar.


Informasi