Detail Cantuman

No image available for this title

Text  

D28- Mekanisme Anti Ulser Lambung Ekstrak Kitin dan Serbuk Cangkang Rajungan (Portunus pelagicus Linn.) Melalui Penghambatan NF-kB p65 Pada Lambung Tikus Yang Diinduksi Etanol Serta Toksisitas Akut Ekstrak Kitin (Renny Amelia; Prof. Dr. Sri Adi Sumiwi, MS; Prof. Dr. Jutti Levita, M.Si; Dr. Nyi Mekar Saptarini, M.Si)


Penyakit ulser lambung atau peptic ulcer desease (PUD) adalah lesi pada lapisan mukosa lambung yang disebabkan oleh kerja pepsin, asam lambung, dan ...

  • CodeCallNoLokasiKetersediaan
    FFUP20220226D28Tersedia
  • Perpustakaan
    Fakultas Farmasi
    Judul Seri
    -
    No. Panggil
    D28
    Penerbit Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran : Jatinangor.,
    Deskripsi Fisik
    -
    Bahasa
    Indonesia
    ISBN/ISSN
    -
    Klasifikasi
    D28
    Tipe Isi
    -
    Tipe Media
    -
    Tipe Pembawa
    -
    Edisi
    -
    Subyek
    -
    Info Detil Spesifik
    -
    Pernyataan Tanggungjawab
  • Penyakit ulser lambung atau peptic ulcer desease (PUD) adalah lesi pada lapisan mukosa lambung yang disebabkan oleh kerja pepsin, asam lambung, dan faktor lainnya. Terdapat peningkatan prevalensi PUD sebesar 25,82% dari tahun 1990 hingga tahun 2019. Eradikasi dalam mengatasi PUD telah banyak dilakukan dengan menggunakan obat sintetik. Namun obat sintetik dapat menyebabkan efek samping apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang atau diberi dalam dosis besar.
    Kitin dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, produksinya diperoleh dari golongan krustasea. Dalam beberapa penelitian, kitin mampu berefek sebagai penyembuh luka dan pencegah ulser lambung. Pada umumnya kitin yang diuji merupakan kitin hasil ekstraksi dari pelarut konvensional seperti HCl dan NaOH. Pada penelitan ini, dilakukan ekstraksi kitin dari cangkang rajungan menggunakan pelarut ramah lingkungan, natural deep eutectic solvents (NADES), yaitu campuran kolin klorida dan asam malat dengan perbandingan molaritas (1:1), yang menghasilkan rendemen sebesar 35,43%. Ekstraksi dilakukan dua kali untuk mengurangi kandungan abu di dalam ekstrak.
    Pengujian jenis isomer ekstrak kitin telah dilakukan dengan fourier transform infrared (FTIR). Beberapa pita yang terbentuk dari ekstrak kitin adalah adanya puncak di bilangan gelombang 1100 cm-1 (C-O alifatik); 1380 cm-1 (regang C-N); 1600 cm-1 (regang C=O); 2890-2968 cm-1 (C-H alkil); and 3400-3550 cm-1 (OH alkohol). Pita yang terdapat pada bilangan gelombang 2900 cm-1 biasanya digunakan sebagai referensi pita dalam menganalisis kitin. Berdasarkan hasil FTIR terdapat adanya puncak tak terbagi gugus amida I di bilangan gelombang 1620 cm-1 yang menunjukkan jenis isomer kitin yang didapat adalah β-kitin.
    Uji proksimat yang dilakukan meliputi kadar air, kadar lipid, kadar abu, kadar protein, kadar karbohidrat. Metode pengujian kadar abu, kadar air kadar protein, kadar lipid dilakukan berdasarkan SNI 01-2891:1992, sedangkan penentuan kadar karbohidrat dengan metode by difference. Kadar air dan abu dari ekstrak kitin berturut-turut adalah 1,93% dan 30,61%, sedangkan menurut persyaratan SNI kadar air 12% dan kadar abu 5%. Oleh karena itu, kadar abu ekstrak kitin tidak memenuhi persyaratan SNI. Kadar logam diuji dengan Inductively Coupled Plasma – Optical Emission Spectrometry (ICP-OES). Kadar logam ekstrak kitin yang disyaratkan SNI meliputi As dan Pb, dengan hasil adalah < 0,0001 mg/kg. Menurut syarat SNI kadar maksimal kedua logam berat tersebut adalah 5 mg/kg, maka ekstrak kitin dari cangkang rajungan memenuhi syarat logam.
    Aktivitas anti ulser lambung telah dilakukan dengan metode in vivo dimana induksi ulser diberikan setelah pemberian sampel. Mekanisme penghambatan protein NF-κB p65 diujikan menggunakan metode Western blot. Dosis ekstrak kitin yang digunakan pada uji anti ulser lambung adalah 150, 300, dan 600 mg/kgBB sedangkan dosis serbuk cangkang rajungan yang digunakan adalah 500 dan 1000 mg/kgBB. Dari hasil pengujian, semua kelompok perlakuan mampu menurunkan indeks ulser lambung dibandingkan kelompok kontrol negatif. Kelompok ekstrak kitin 600 mg/kgBB merupakan kelompok yang memiliki indeks ulser lambung (1,08±0,77%) paling mendekati kelompok normal (0,06±0,06%) dibanding kelompok perlakuan lain. Hasil uji mikroskopik organ lambung menunjukkan kelompok ekstrak kitin 150 mg/kgBB adalah kelompok yang paling mendekati kelompok normal baik dilihat dari parameter kualitatif maupun kuantitatif. Berdasarkan pengujian ekspresi protein NF-κB p65, terlihat bahwa kelompok ekstrak kitin 600 mg/kgBB memiliki kemampuan menghambat ekspresi NFκB p65 paling kuat dengan nilai rasio relatif NF-κB p65 (0,188±0,114) lebih baik dibanding kelompok normal (0,366±0,208).
    Toksisitas akut diujikan pada ekstrak kitin dengan prosedur yang telah disesuaikan pedoman BPOM. Dosis ekstrak kitin yang digunakan pada uji toksisitas meliputi 500, 1000, 2000, 4000 dan 6000 mg/kgBB. Hasil uji toksisitas akut menunjukkan persentase relatif berat organ (lambung, jantung, hati, ginjal, dan paru-paru) semua kelompok secara statistik tidak berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Jumlah sel normal pada dosis ekstrak kitin 6000 mg/kgBB pada semua organ mengalami penurunan yang signifikan dibanding kelompok kontrol, hal ini diikuti peningkatan jumlah sel yang mengalami nekrosis
    Berdasarkan data yang dihasilkan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak kitin dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pengobatan ulser lambung. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan guna memaksimalkan kemampuan kitin sebagai anti ulser lambung.
    Kata kunci: kitin, mikroskopis, ulser lambung, NF-κB p65, toksisitas akut.
  • Tidak tersedia versi lain

  • Silakan login dahulu untuk melihat atau memberi komentar.


Informasi