Detail Cantuman

Image of Kebudayaan Lokal dalam Bingkai Arsitektur Religi : studi kasus Kompleks Ziarah Gua Maria Sendangsono, D.I. Yogyakarta

Skripsi  

Kebudayaan Lokal dalam Bingkai Arsitektur Religi : studi kasus Kompleks Ziarah Gua Maria Sendangsono, D.I. Yogyakarta


Penelitian ini menggambarkan kebudayaan lokal melalui kearifan lokal yang ada pada masyarakat di sekitar Komplek Ziarah Gua Maria Sendangsono ...

  • CodeCallNoLokasiKetersediaan
    170510110058301 MUH 24/2018Perpustakaan Fisip Unpad (Rak 5)Tersedia
  • Perpustakaan
    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
    Judul Seri
    -
    No. Panggil
    301 MUH 24/2018
    Penerbit FISIP Unpad : Bandung.,
    Deskripsi Fisik
    xii, 130 hlm.; 29,7 cm.
    Bahasa
    Indonesia
    ISBN/ISSN
    -
    Klasifikasi
    301
    Tipe Isi
    -
    Tipe Media
    -
    Tipe Pembawa
    -
    Edisi
    -
    Subyek
    -
    Info Detil Spesifik
    -
    Pernyataan Tanggungjawab
  • Penelitian ini menggambarkan kebudayaan lokal melalui kearifan lokal yang ada pada masyarakat di sekitar Komplek Ziarah Gua Maria Sendangsono (KZGMS). Komplek Ziarah Gua Maria Sendangsono secara administratif berada di wilayah Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Terciptanya bangunan religi di tengah masyarakat Sendangsono tentu memiliki sejarah serta latar belakang yang unik, mengingat masyarakat Sendangsono sendiri telah berada lebih dahulu dalam lingkungan tersebut, sedangkan bangunanbangunan tersebut adalah kerja sang arsitek yang datang kemudian. Beberapa aspek yang dikaji, yaitu: latar belakang sebelum KZGMS dibangun, khususnya mengenai praktik beribadah umat Katolik setempat; pembangunan KZGMS, dan praktik penggunaan KZGMS oleh masyarakat setempat. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan sumber data melalui observasi, wawancara dan studi pustaka. Pembangunan KZGMS dilakukan secara bertahap. Gaya berarsitektur Romo Mangun yang sederhana tercermin dalam bahan-bahan yang diperlukan dalam pembangunannya. Bahan-bahan yang berasal dari lingkungan sekitar, diolah dan dibentuk menjadi bangunan. Dalam pembangunan KZGMS, Romo Mangun juga mengajak warga untuk turut berpartisipasi dan mengajarkan warga ketereampilan pertukangan. Perubahan KZGMS yang bermula sebagai sarana ibadah menjadi tempat wisata ziarah merupakan gambaran perkembangan KZGMS. Salah satu contoh ialah penggunaan air sendang pembaptisan sebagai “air suci” bagi masyarakat desa maupun pengunjung (peziarah) KZGMS. Kondisi ini lantas menumbuhkan pemikiran masyarakat untuk mencari rejeki dari menjual botol atau pun jerigen yang bertuliskan air suci Goa Maria Sendangsono dan lain sebagainya. Perkembangan KZGMS seperti sekarang juga menciptakan identitas baru bagi KZGMS. KZGMS menjadi ikon desa Banjaroyo karena wisata peziarahan yang terus berkembang. Berarti, bukan hanya kearifan lokal yang membuat KZGMS tetapi juga kejelian dan kesediaan arsitek untuk memanfaatkan potensi-potensi setempat dan juga kesediaan penduduk setempat menerima dan melaksanakan gagasan-gagasannya. Jadi, konsep kearifan lokal pada studi kasus KZGMS tidak linier searah (kearifan lokal melahirkan KZGMS) melainkan hubungan timbal balik antara kearifan lokal masyarakat desa Banjaroyo ditambah dengan kearifan arsitek sehingga melahirkan KZGMS seperti sekarang.

    Kata kunci : Arsitektur, Lokal dan Karya Misi.
  • Tidak tersedia versi lain

  • Silakan login dahulu untuk melihat atau memberi komentar.


Informasi