Detail Cantuman

No image available for this title

Text  

T94- Pola Peresepan dan Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Rawat Inap Dengan Penyakit Gagal Jantung di RSUD Cibabat Cimahi (Irma Rakhmawati; Prof. Dr. Ahmad Muhtadi, MS; Irma Melyani Puspitasari, MT., PhD)


Gagal jantung adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik ...

  • CodeCallNoLokasiKetersediaan
    FFUP20180007T94Tersedia
  • Perpustakaan
    Fakultas Farmasi
    Judul Seri
    -
    No. Panggil
    T94
    Penerbit Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran : Jatinangor.,
    Deskripsi Fisik
    -
    Bahasa
    Indonesia
    ISBN/ISSN
    -
    Klasifikasi
    T94
    Tipe Isi
    -
    Tipe Media
    -
    Tipe Pembawa
    -
    Edisi
    -
    Subyek
    -
    Info Detil Spesifik
    -
    Pernyataan Tanggungjawab
  • Gagal jantung adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Pada pasien dengan gagal jantung dengan faktor resiko usia, jenis kelamin, lama hari rawat inap, komorbiditas dan polifarmasi sangat berpotensi mengalami kejadian masalah terkait obat atau drug related problems (DRPs) yang mengindikasikan adanya potensi pengobatan yang tidak rasional pada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kerasionalan penggunaan obat berdasarkan indikator pola peresepan WHO dan panduan analisis DRPs PCNE versi 6.2, serta memperoleh gambaran mengenai hubungan pola peresepan dengan DRPs pada pasien rawat inap dengan penyakit gagal jantung di RSUD Cibabat. Pengumpulan data resep rawat inap pasien penyakit gagal jantung diambil secara retrospektif pada periode Januari 2014-Desember 2016. Hasil dari analisis 616 sampel resep yang masuk dalam kriteria inklusi analisis pola peresepan berdasarkan lima indikator WHO adalah rata-rata jumlah obat per lembar resep sebesar 7,0 (tahun 2014); 7,2 (tahun 2015); dan 6,7 (tahun 2016), dimana nilai-nilai ini berada di atas nilai referensi WHO (1,6-1,8) yang berbeda signifikan setiap tahunnya (p-value=0,01). Sedangkan keempat indikator lainnya tidak berbeda signifikan setiap tahunnya (p-value >0,05) berupa persentaseperesepan obat generik sebesar 64,9% (tahun 2014); 64,0% (tahun 2015); dan 66,7% (tahun 2016), berada di bawah nilai referensi WHO (100%), persentase peresepan obat esensial sebesar adalah 81,2% (tahun 2014); 81,7% (tahun 2015); dan 83,9% (tahun 2016), berada di bawah nilai referensi WHO (100%), persentase peresepan antibiotik sebesar 5,9% (tahun 2014); 4,3% (tahun 2015); dan 5,9% (tahun 2016), berada di bawah nilai referensi WHO (20-26,8%) dan persentase peresepan sediaan injeksi sebesar 100% setiap tahunnya, berada di atas nilai referensi WHO (13,4-24,1%). Hasil tersebut menyatakan bahwa telah terjadi polifarmasi pada peresepan pasien selama periode tahun 2014-2016 karena rata-rata jumlah obat per lembar resep memiliki nilai di atas nilai referensi WHO. Hasil dari analisis 385 sampel resep polifarmasi yang masuk dalam kriteria inklusi analisis DRPs adalah kejadian DRPs yang paling banyak terjadi selama tahun 2014-2016 adalah masalah efektivitas terapi(64,59%) dengan rata-rata 2 kejadian DRPs per pasien, sedangkan penyebab DRPs yang paling banyak terjadi adalah masalah pemilihan obat (69,21%) dengan rata-rata 4 penyebab DRPs per pasien. Faktor yang signifikan berpengaruh dengan kejadian DRPs adalah usia geriatri dengan masalah efektivitas terapi (p-value=0,029); jenis kelamin wanita dengan masalah efektivitas terapi (p-value=0,032), masalah reaksi tidak diinginkan (p-value=0,005) dan masalah biaya terapi (p-value=0,006); lama hari rawat inap dengan masalah efektivitas terapi (p-value=0,003), masalah reaksi tidak diinginkan (p-value=0,022), masalah biaya terapi (p-value=0,029) dan masalah lainnya (p-value=
  • Tidak tersedia versi lain

  • Silakan login dahulu untuk melihat atau memberi komentar.


Informasi