Detail Cantuman

No image available for this title

Text  

D30- Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder Buah Etlingera rubroloba A.D. Poulsen dan Efek Imunomodulasi Pada Makrofag Model In Vitro Diabetes Melitus Yang Distimulasi Antigen Mycobacterium tuberculosis (Muhammad Ilyas Y.; Prof. Dr. Ajeng Diantini, MS; Prof. Dr. Sahidin, M.Si; Dr. Mohammad Ghozali, dr., M.Sc)


Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang mendapat perhatian besar di Indonesia. Prevalensi DM di Indonesia ...

  • CodeCallNoLokasiKetersediaan
    FFUP20230013D30Tersedia
  • Perpustakaan
    Fakultas Farmasi
    Judul Seri
    -
    No. Panggil
    D30
    Penerbit Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran : Jatinangor.,
    Deskripsi Fisik
    -
    Bahasa
    Indonesia
    ISBN/ISSN
    -
    Klasifikasi
    D30
    Tipe Isi
    -
    Tipe Media
    -
    Tipe Pembawa
    -
    Edisi
    -
    Subyek
    -
    Info Detil Spesifik
    -
    Pernyataan Tanggungjawab
  • Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang mendapat perhatian besar di Indonesia. Prevalensi DM di Indonesia cenderung meningkat peringkat ke-7 di dunia tahun 2019 dan diprediksi mencapai 16,6 juta jiwa pada tahun 2045. Prevalensi DM penduduk dewasa Indonesia pada tahun 2018 meningkat 10,9%, dimana 90-95% adalah DM tipe-2. Permasalahan dari penyakit DM adalah mudahnya mengalami komplikasi dengan penyakit infeksi tuberkulosis (TB) berat oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Mtb) dan berkontribusi dalam meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada DM. Prevalensi TB yang tinggi di Indonesia peringkat ke-3 dunia menyebabkan penyandang DM rentan terinfeksi Mtb. Kerentanan DM terhadap infeksi Mtb tergantung pada kemampuan respon imun individu, serta jumlah dan virulensi bakteri berkontribusi terjadinya gangguan fungsi sel imunitas innate dengan penurunan daya fagositosis makrofag, gangguan fungsi pengenalan antigen dan efektor sel makrofag disertai gangguan fungsi imunitas adaptif sehingga respon imun individu dalam eradikasi bakteri Mtb pada DM menurun. Makrofag sebagai sel efektor respon imun innate sekaligus sebagai sel target dari Mtb, mengenali Mtb melalui patogen yang dikenal sebagai PAMP, melalui reseptor Toll Like Reseptor-2 (TLR-2) pada permukaan sel makrofag, selanjutnya terjadi aktivasi makrofag yang menentukan seseorang terinfeksi TB atau tidak. Keadaan DM yang disertai infeksi TB berat menyebabkan perubahan aktivitas TLR-2 serta penurunan ekspresi HLA-DR / MHC-II dan gangguan sekresi IL-12 pada makrofag. Ekspresi TLR-2, MHC-II dan sekresi IL-12 oleh makrofag terinfeksi Mtb sebagai marker dari aktivasi respon imun innate dalam mencegah infeksi dan eliminasi Mtb perlu dikaji lebih lanjut. Pemberian senyawa bersifat imunomodulasi pada penyandang DM untuk menguatkan respon imun innate agar tidak mudah terinfeksi TB, serta meningkatkan eradikasi Mtb melalui mekanisme respon imun innate oleh makrofag sebagai pertahanan lini pertama, adalah salah satu upaya untuk menurunkan angka mortalitas pada DM dengan komplikasi TB. Salah satu alternatif adalah mendapatkan senyawa dari bahan alam yang teruji dan sudah diketahui mekanisme kerjanya memodulalasi makrofag pada DM terinfeksi TB perlu dilakukan. Beberapa penelitian sebelumnya mengungkap senyawa metabolit sekunder dari tumbuhan seperti golongan flavonoid, alkaloid, polisakarida, terpenoid, polifenol, serta senyawa isolat delpinidin, malvidin, resveratrol dan kuersetin yang diisolasi dari tumbuhan terbukti memiliki efek imunomodulator. Tumbuhan dari genus Etlingera dilaporkan mengandung metabolit sekunder tanin, flavonoid, saponin, alkaloid, polifenol, terpenoid, fenolik dan minyak atsiri, beberapa metabolit sekunder dari genus Etlingera berhasil diisolasi antara lain; dari daun, buah dan rimpang E. elatior, daun dan rimpang E. brevilabrum, rimpang E.caloprys, rimpang E. alba, rimpang E. rubroloba. Hasil penelusuran pustaka tentang aktivitas farmakologi dari beberapa genus Etlingera sudah diteliti, seperti buah dari Etlingera elatior terbukti memiliki aktivitas imunomodulator, anti inflamasi, anti diabetes, anti oksidan, anti bakteri, anti jamur. Secara empiris masyarakat etnis Wawonii
    v
    dan Tolaki di Sulawesi Tenggara memanfaatkan perasan buah E. rubroloba untuk mengobati demam tifoid, dan meningkatkan daya tahan tubuh (imunomodulator). Genus Etlingera memiliki jumlah spesies besar dengan 7 spesies endemik berada di Sulawesi Tenggara salah satunya adalah spesies E. rubroloba A.D. Poulsen dan termasuk spesies yang baru ditemukan serta masih sedikit penelitian yang melaporkan baik dari kandungan metabolit sekunder, senyawa isolat maupun aktivitas farmakologinya khususnya efek imunomodulasi. Pengujian efek imunomodulasi pada penelitian ini dengan metode pendekatan Bioassay Guided Isolation secara in vitro dan in vivo. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh ekstrak dan fraksi dari buah E. rubroloba terhadap aktivitas fagositosis sel makrofag dan kadar IL-12 pada makrofag model DM yang distimulasi antigen Mtb, memperoleh senyawa isolat dari ekstrak etanol buah E. rubroloba, menganalisis pengaruh ekstrak dan isolat dari buah E. rubroloba terhadap kadar IL-12, ekspresi protein TLR-2 dan HLA-DR pada makrofag model in vitro DM yang distimulasi antigen Mtb dan menentukan struktur senyawa hasil isolasi dari buah E. rubroloba yang memiliki efek imunomodulasi pada makrofag model in vitro DM yang distimulasi antigen Mtb. Tahapan penelitian yaitu penyiapan sampel dan ekstrak, determinasi sampel, skrining fitokimia, fraksinasi, isolasi dan pemurnian senyawa dari fraksi paling aktif, pengujian imunomodulasi terhadap kadar IL-12, ekspresi TLR-2, MHC II/HLA-DR dan penentuan struktur senyawa isolat yang aktif sebagai imunomodulasi dengan identifikasi spektroskopi NMR (1D, 2D) dan DEPT.
    Hasil determinasi dari LIPI Biologi Cibinong menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesies E. rubroloba. Sebanyak 3,3 kg buah E. rubroloba dimaserasi dengan 30 L pelarut etanol 96% selama 3x24 jam. Pemekatan filtrat menggunakan vacum rotary evaporator diperoleh 424,6 gram ekstrak kental dengan rendamen 12,86%, dimana hasil pengujian skrining fitokimia dari ekstrak mengandung senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tannin dan terpenoid. Tahapan fraksinasi dengan metode Kromatografi Kolom Vakum Cair (KVC) yaitu sebanyak 146,3 g ekstrak difraksinasi dengan KVC sebanyak 6 kali dan diperoleh sebanyak 6 fraksi dengan berat masing-masing fraksi A: 1,179, B: 4,184, C: 5,001, D: 4,861, E: 25,941, F: 27,590 (gram). Selanjutnya keenam fraksi dan ekstrak dilakukan uji skrining imunomodulator secara in vivo pada hewan uji mencit BALB/c dengan mengukur aktivitas fagositosis sel makrofag dan kadar Interleukin-12 metode Elisa. Hasil pengujian skrining imunomodulator menunjukkan ekstrak dan fraksi memiliki aktivitas imunomodulator, dimana diperoleh fraksi yang paling aktif adalah fraksi C dalam meningkatkan aktivitas fagositosis sel makrofag dan kadar IL-12 dibandingkan dengan fraksi lainnya dan berbeda signifikan dengan kontrol negatif (p
  • Tidak tersedia versi lain

  • Silakan login dahulu untuk melihat atau memberi komentar.


Informasi