Detail Cantuman

Image of Falsafah Hidup; Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah

Buku  

Falsafah Hidup; Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah


Naskah lama Hamka yang diproduksi kembali oleh Republika Penerbit ini penuh dengan petuah dan kebijaksanaan seorang alim yang saleh. Di dalamnya ...

  • CodeCallNoLokasiKetersediaan
    20170296128 HAM fPerpustakaan FIKOM UNPADTersedia
  • Perpustakaan
    Fakultas Ilmu Komunikasi
    Judul Seri
    -
    No. Panggil
    128 HAM f
    Penerbit Republika : Jakarta.,
    Deskripsi Fisik
    xxxiv + 428 hlm.; 13.5 x 20.5 cm
    Bahasa
    Indonesia
    ISBN/ISSN
    978-602-0822-02-0
    Klasifikasi
    128 HAM f
    Tipe Isi
    -
    Tipe Media
    -
    Tipe Pembawa
    -
    Edisi
    -
    Subyek
    Info Detil Spesifik
    -
    Pernyataan Tanggungjawab
  • Naskah lama Hamka yang diproduksi kembali oleh Republika Penerbit ini penuh dengan petuah dan kebijaksanaan seorang alim yang saleh. Di dalamnya banyak penjelasan naratif dengan disertai dalil-dalil al-Qur’an maupun hadis.
    Hamka (1908–1981 M) adalah salah satu tokoh muslim terbesar di Indonesia. Ia dikenal sebagai ulama sekaligus satrawan yang menjadi motor partai Masyumi, salah satu partai politik terbesar pada masa orde lama. Ia pernah menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia dan berperan aktif di ormas Muhammadiyah.
    Nama lengkapnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang akronimnya dipakai jadi nama pena pada setiap buku karyanya. Selanjutnya ia lebih lebih akrab dipanggil Buya Hamka. Namanya tak lepas dari sejarah politik Indonesia. Dalam pemilihan umum 1955, Hamka terpilih duduk di Konstituante mewakili Masyumi dan terlibat dalam perumusan dasar negara.
    Sikap politik Masyumi yang anti komunisme dan menolak demokrasi terpimpin membuat hubungannya dengan Presiden Soekarno tak akur. Partai Masyumi dibubarkan melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dan beberapa tahun berikutnya ia dijebloskan ke penjara Sukabumi pada 1964, tanpa pengadilan.
    Di dalam penjara ia berhasil melahirkan karya besar, Tafsir Al-Azhar. Ini melengkapi karya-karyanya yang sangat populer, seperti “Di Bawah Lindungan Ka’bah”, “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”, “Merantau ke Deli”, “Tuan Direktur” dan lain-lain yang sampai sekarang masih terus dicetak ulang·
    Buku “Falsafah Hidup” ini adalah salah satu karya non fiksi Hamka yang dipenuhi pemikiran. Hamka sendiri menyebut buku ini sebagai petuah tentang hidup dan rahasianya. Rahasia yang dimaksud adalah teknik memecahkan problematika kehidupan berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadis.
    Dalam buku yang ditulisnya tahun 1940 ini, Hamka membahas falsafah hidup dalam sembilan bab. Bab pertama tentang hidup yang menurutnya laksana tenunan yang bersambung menjadi kain. Tenunan itu kecil, rapi, dan konsisten sehingga walaupun selembar demi selembar benang lama-lama menjadi gambar utuh yang mencerminkan diri kita sesungguhnya.
    Benang-benang kehidupan itu ditenun satu persatu setiap hari sampai manusia menemui kematian. Setelah manusia mati, gambar itu tercipta sempurna dan menjadi identitas orang itu hingga ke alam akhirat nanti.
    Dalam bab-bab lain, Hamka bicara tentang fundamen hidup dan aspek-aspek paling mendasar dalam kehidupan manusia, baik di alam dunia maupun di kehidupan selanjutnya. Bab-bab berikutnya itu membahas tentang ilmu dan akal, hukum alam, adab kesopanan, sederhana, berani, keadilan, persahabatan, dan ‘Islam membentuk pandangan hidup’.
    Hamka banyak bicara filosofis dalam serangkaian nasihatnya ini, yang seluruhnya mengarah pada falsafah agama Islam. Reputasinya sebagai intelektual muslim yang sufistik selalu representatif dalam setiap karyanya dan dimanifestasikannya dalam kalimat-kalimat yang logis, filosofis, sekaligus agamis.
    Gaya bertuturnya klasik, banyak kata ‘daripada’ dan diksi-diksi kuno yang sudah jarang dipakai seperti terung, terpikul, berbantah, tarikh, dan lain-lain. Bagi pembaca kekinian yang terbiasa dengan tatanan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PU-EBI), mungkin sedikit merasa aneh dan kecepatan bacanya akan sedikit melambat.
    Namun hal ini malah menambah kesan otentik ditulis pada zaman dahulu. Saya sendiri, ketika membaca buku ini, merasa seolah-olah sedang diberi nasihat oleh seorang sesepuh yang bijak bestari.
    Karena ditulis seorang alim dan sasmita sekelas Hamka, buku ini penuh narasi yang ilmunya padat, pesannya jelas, dan keterangannya mendalam. Kebesaran nama Hamka membuatnya banyak peminat sepanjang masa. Meskipun ditulis di era perang dunia kedua, buku ini, sebagaimana karya-karya Hamka yang lain, masih terus dicari dan dibaca orang.
    Buku yang sedang diresensi ini, oleh Republika Penerbit dicetak ulang sebanyak enam kali, alias sudah tujuh kali cetak. Sebelumnya naskah ini pernah diproduksi dalam versi kuno oleh Umminda Jakarta dan Pustaka Dini. “Falsafah Hidup” adalah bagian dari serial Mutiara Falsafah Buya Hamka. Tiga buku lainnya adalah “Tasawuf Modern”, “Lembaga Budi”, dan “Lembaga Hidup”.
  • Tidak tersedia versi lain

  • Silakan login dahulu untuk melihat atau memberi komentar.


Informasi